Wednesday, April 3, 2013

Lombok & Gili Trawangan (part 2)

Hari ke dua di Trawangan kebetulan adalah hari ulang tahun perkawinan gue sama Billy yang ke-4. Ini pertama kalinya kita ngerayain anniversary jauh dari rumah. Waktu jalan-jalan naik sepeda sehari sebelumnya, mata gue udah gue pasang baik-baik buat perhatiin if there is any cake shop or bakery di Trawangan. Ada satu cafe kecil yang tampaknya jual potongan kue yang jadi target gue buat beli kue untuk anniversary. Tapi ternyata gue kalah sigap!

Di hari kedua, gue sama Billy berencana untuk tiga kali dive, dive pertama sekitar jam tujuh pagi dan selesai sekitar jam delapanan. Begitu selesai dive pertama kita berdua langsung pulang ke kamar untuk ketemu Izan dan sarapan bareng. Tapi ternyata begitu sampe kamar ada kardus indomi nongkrong di meja depan TV. Lah? Barangnya siapa tuh nyelinap masuk ke kamar? Ternyata si kardus isinya kue blackforest yang udah di pesan Billy sama Pak Ank sang manajer hotel untuk hari anniversary kita. Aaaaaaah... sweet! Padahal gue udah sempet bolak-balik buku menu hotel tapi nggak ada loh pilihan cake gitu. Dan setelah gue paksa korek-korek ternyata Billy pesan setelah sampe hotel sehari sebelumnya ke Pak Ank untuk adain kue, ntah gimana caranya, untuk anniversary keluarga gue. Yang seru ternyata Pak Ank pesan kue di salah satu hotel bintang lima di selatan Trawangan yang cukup jauh dari Samba Villas, karena dia hotel bintang lima tentunya dia juga punya cake shop dong... Padahal kan udah gue bilang kalau Gili adalah pulau dimana lo nggak akan bisa nemuin mobil atau motor, jadi satu-satunya kemungkinan itu kue diantar pake delman yang jalannya offroad, karena kalau jalan kaki kayanya meleleh deh. Luarrr biasaaaa.... ntah gimana itu kurir megangin kue di atas delman supaya nggak jatoh atau benyek atau meleleh. hehehehe...

our 4th anniversary or what I told Izan as "ulang tahun keluarganya Izan!"

the anniversary cake

Hari-hari berikutnya di Trawangan, seperti yang gue bilang kita lewatin dengan main di laut,di pantai, sepedaan, dan naik kuda... Anak gue suka naik kuda. Di Trawangan ada dua tempat buat berkuda. Kita datangin tempat berkuda yang terdekat, tapi yang terdekat pun harus sepedaan sekitar 3 kilo. Nama tempatnya Trawangan Horse Riding. Kuda yang ditunggangi kuda peranakan, lebih besar dari kuda lokal, tapi rasanya nggak sebesar kuda yang pernah kita tunggangi di Gangga Beach Bali. Biaya sewa satu ekor kuda Rp 300.000 per jam. Kita sewa 30 menit aja, tapi ekstra 15 menit, tentunya engan tip ekstra. Dan naik kuda di Trawangan nggak bisa dibawa ke pantai macam di Bali, atau kita aja yang nggak tau yah? Tapi yang jelas kita anak gue cukup puas dengan berkuda di  jalanan meski nggak ke pasir.


horse riding

Selama di Trawangan hampir sebagian besar kita beli makanan dari warung nasi padang, alasan utamanya karena murah tetunya. Tapi dari segi rasa juga memuaskan. Cuma sekali kita makan malam di restonya hotel yang posisinya di pantai depan hotel, dan beberapa kali beli makan malam di pasar seni. Di pasar seni Trawangan kalau malam-malam banyak jual makanan lokal. Makanan lokal ini kebanyakan seafood bakar, ayam bakar, ayam goreng, soto, mi goreng, nasi campur, etc. Walau pun yang di jual makanan lokal tapi yang beli bule-bule aje.

sewa sepeda Rp. 10.000 per sepeda per hari
sepedaan sama si kiwil

Ada satu tempat makan yang direkomendasi guru freedive gue (bule juga),  namanya Kiki Novi. Menurut dia itu tempat makan paling enak di Trawangan. Lucunya, malam sebelum dapat rekomendasi dari guru freedive, kita nyoba beli aneka sate bakar di salah satu jualan di pasar seni. Ada banyak sate yang dijual, sate ayam, sate daging, sate udang, sate cumi, sate tuna, sate kakap, dan juga macam-macam ikan besar yang siap dibakar. Gue and Billy coba beli semua kecuali udang. Terbiasa dengan makanan seafood yang terjamin segar di Balikapapan, terus terang gue rada geli ngeliat seafood mentah yang dibiarin lama di luar, plus kecendrungan Billy and anak gue yang sensitif sama makanan nggak segar. So, we definitely didn't try sate udang! Tapi ternyata rasa sate dan nasi campurnya nggak seenak mata memandang heheheh.... biasa aja, masih enakan nasi padang! Nah besoknya, karena penasaran sama yang direkomendasiin sang guru freedive, kita keliling deh naik sepeda nyari tempat makan Kiki Novi. Yang ada di kepala adalah resto besar, mewah dengan makanan western. Tapi setelah sepedaan keliling nggak ketemu akhirnya gue nanya sama mbak-mbak lokal yang nyebarin poster jualan baju vintage dari toko dia sendiri. Ternyata Kiki Novi itu ada di dalam kawasan pasar seni, dan kalau malam dia jualan pas di pojokan deket gerbang masuk sebelah utara, yang ternyata tempat yang si mbak tunjuk adalah tempat kita beli sate malam sebelumnya. Bah... si guru freedive belum pernah nyoba warung padang kayanya!

makan 3 scoop gellato yang disatuin di plastic cup.

ada pelangi!
Di lain kesempatan pas sore-sore setelah aktivitas di laut gue dan Billy selesai, sambil sepedaan kadang kita beli eskrim gellato buat dimakan di pantai sama Izan. Nikmeh banget rasanya makan eskrim abis keringetan sepedaan sambil santai-santai di pantai. Anak gue seperti biasanya, jarak dia duduk dengan bibir pantai semakin hari semakin tipis. Meskipun gue dan Billy udah training dia untuk selalu berenang di kolam besar dan belajar pake snorkelling, tapi akibat lama nggak berenang di laut dia nggak serta merta mau masuk atau deket-deket sama laut. Semakin dibujuk, semakin keras nolaknya. Tapi mulai dari cuma cuci-cuci mainan pantainya di pinggir laut, abis itu main-main ombak sama Ayahnya, akhirnya nyemplung deh ke laut dan ngebiarin badannya kedorong-ketarik ombak. Hehehehe.... nggak perlu dibujuk ternyata. Kalau awalnya susah bujuk dia untuk masuk ke air, di hari-hari terakhir susah bujuk dia untuk keluar dari air. Tapi gue nggak keberatan kalau anak gue susah keluar dari air, karena gue sendiri pun sama hehehehe.... Pernah gue sama anak gue keasikan main di pantai sambil duduk dengan air sampai ke pingggang buat gue dan ke dada buat anak gue, sambil ngebiarin badan kedorong ombak yang pelan, sambil lempar-lempar koral mati ke tengah laut sampai nyaris azan magrib saking keasikan. Sementara Billy ketiduran nyenyak di kursi lounge pantai, kecapean. Kalau urusannya sama air apalagi laut, capek gue kayanya ilang deh hehehehhe.... Rasanya nggak sabar pengen ngajak Izan nyemplung ke dalam laut trus ngeliat excitement-nya dia ngeliat indahnya dalam laut.... still 4 to 5 years to go.

lovely face :)
main pasir sama Ayah

Nggak terasa akhirnya sampai ke hari terakhir kita di Trawangan. Kita sempetin satu dive pagi sebelum pergi, abis itu buru-buru packing dive gears dan check out dari hotel. Kali ini kita nggak mau susah payah nenteng tas dan carrier ke dermaga, tapi sewa delman dooong! Billy mutusin untuk naik public boat. Harga tiket public boat untuk satu orang Rp.10.000 dan kapal baru berangkat kalau udah penuh, yaitu 30 orang. Kita mulai duduk di dermaga sekitar jam 11, dan akhirnya kapal penuh jam setengah satu. Pablic boat ini adalah kapal tanpa dek, ntah untuk alasan supaya bisa banyak taro barang atau supaya mengurangi berat kapal atau dua-duanya, semua papan deknya dibuka, yang ada hanya tempat duduk di sepanjang dinding dalam kapal. Jadi begitu naik ke kapal kita harus jinjit-jinjit di atas rangka lantai kapal karena kalau jalan dengan kaki basah dan bepasir setelah kecemplung di pantai, di atas tempat duduk rasanya nggak sopan.

ngajak Izan snorkelling di Trawangan
Karena bawaan kita yang segambreng plus bawa anak kecil, Billy nyaranin gue untuk sigap bawa Izan ke kapal begitu penumpang disuruh naik kapal, supaya Izan dapat tempat duduk. Barang-barang bisa menyusul. Jadi begitu disuruh naik kapal gue sama Izan langsung sigap naik duluan, yang ternyata bikin kita dapat tempat duduk paling dalam yang lebih panas karena nggak terlalu kena angin. Untungnya anak gue nggak protes sedikit pun. Kadang-kadang anak gue disaat dibutuhkan sifat bolangnya jadi macam bolang (bocah petualang) beneran. Dengan muka keringetan kepanasan dan kecapean nunggu di dermaga, anak gue nggak protes dan sigap naik ke kapal, buat dia itu seru karena bisa basahin kaki di pantai walau pun cuma untuk dua langkah doang hehehehe.... Dan di dalam kapal juga dia duduk tenang walau pun kepanasan dan ngantuk. Sambil senderan ke Billly dan sambil gue kipasin yang padahal nggak terlalu ada gunanya karena angin yang gue kipas itu juga sama aja panasnya, akhirnya dia ketiduran. Tanpa protes atau ngeluh sedikit pun. :)



lagi mau ngebujuk Izan buat snorkelling tau-tau ada bapak2 yang bawa botol plastik aqua isi roti untuk kasih makan ikan



ikan-ikan udah terbiasa dikasih makan, langsun pada datang rebutan roti. Dan si bapak pun terpaksa dikasih tip

Nggak sampai satu jam kita mendarat di pulau Lombok lagi, tepatnya di Bangsal. Sebelumnya Billy udah diwanti-wanti dari lonely planet kalau porter-porter di Bangsal suka seenaknya ambil barang dari kapal trus tiba-tiba minta bayaran mahal sama yang punya barang. Kita semua akhirnya siap-siap dengan barang bawaan masing-masing. Tapi karena Izan tidur, Billy harus gendong Izan sementara carriernya ada di dekat pintu masuk kapal barengan sama tas dive gear. Pada akhirnya kita emang butuh porter untuk bawain barang. Tapi untuk jaga-jaga, kita tawar-menawar dulu sebelum barang kita dibawa. Ternyata harganya nggak semerikan yang dibilang di internet atau lonely planet.


Sebelum kapal berangkat, kita udah telpon pak supir taksi blue bird baik hati yang waktu itu ngantar kita dari hotel Sunset House menuju Teluk Nara. Dia udah siap nunggu di luar Bangsal. Atas kongkalingkong para kusir dan orang-rang di dermaga Bangsal, taksi dilarang masuk ke daerah dermaga.. Jadi penumpang yang nggak punya jemputan harus naik delman keluar sampai di tempat taksi nunggu. Karena sebelumnya ongkos delman di Trawangan mahal sekali, minimal Rp. 40.000 untuk jarak tertentu, harga yang udah ditetapkan oleh koperasi sana, ongkos delman Rp. 20.000 untuk keluar Bangsal kita anggap murah. Tapi ternyata menurut pak supir, ongkos delman kalau di Mataram padahal sangat murah, nggak pernah sampai di atas Rp 10.000.

Dari sana kita langsung kembali menuju Senggigi ke Sunset House lagi, nginap di kamar yang sama dengan waktu berangkat. Kali ini waktu kita di Senggigi lebih panjang, jadi sempet deh main-main di pantai. Sama kaya di Trawangan, ombak di Senggigi nggak besar, cuma lautnya nggak sebening di Trawangan dan pasirnya hitam. Tapi biar gimana pun tetap aja asik main di pantai, walau pun pasirnya hitam, tapi gw lebih pede berenang di laut Senggigi ketimbang di laut Manggar Balikpapan hehehehe.... Karena lautnya bersih, nggak dekat muara. Jadilah sore hari kita habisin buat main di pantai dan berenang di laut. Abis berenang di laut, gue sempetin berenang di kolam renang hotel sekalian bersihin sisa-sisa pasir. Malamnya makan malam di resto hotel yang rasanya sih so-so. Masih enakan makan malam di Samba Villas hehehe...


Sunset House Lombok Lombok - Superior Beachfront Room
our room, superior beach front. pic from here
Sunset House Lombok Lombok - Swimming pool
the swiming pool was very tempting. We were too wet to take pictures, so this pic is from here

Besok paginya setelah sarapan lagi-lagi kita sempetin main di pantai dan berenang di laut, dan lagi-lagi ditutup dengan berenang di kolam renangnya. Abis itu langsung ngemasin barang-barang dan check out. Pak supir Blue Bird baik hati sekali lagi kita booking buat antar jalan-jalan hari itu. Jam setengah 11 dia udah standby di depan hotel, nggak lama kita semua masuk taksi dan pergi. Jadwal pesawat menurut rencana adalah jam 16.30 jadi kita masih punya waktu banyak banget buat cari oleh-oleh dan jalan-jalan sekitaran Mataram. Tujuan utama tentunya oleh-oleh buat di Balikpapan lah ya. Abis itu nyari-nyari destinasi deh ntah kemana. Sayangnya buku Lonely Planet Bali dan Lombok ketinggalan pula di rumah Balikpapan, dan hasil googling untuk destinasi wisata di sekitaran Mataram kurang memuaskan, jadilah kita minta pak supir untuk bawa ke tempat wisata yang dia tau.


kerajinan tanah liat



Si pak supir ini emang lumayan, setelah bawa kita ke tempat oleh-oleh, dia bawa kita ke toko mutiara karena Lombok salah satu daerah yang memproduksi mutiara. Tapi dasar gue ga suka pake perhiasan, ya gue nggak beli apa-apa di toko mutiara. Sebenernya kalau jalan-jalannya ke tempat penangkaran kerang gue lebih seneng, tapi kayanya terlalu jauh dari Mataram. Setelah makan siang di Mataram pak supir bawa kita ke toko hasil kerajinan tanah liat, sayangnya unuk tempat pembuatannya masih jauh lebih dalam. Tapi liat kerajinan yang berbau Indonesia gitu mah gue sukaaa, tapi nggak berarti juga gue kalap beli tanpa mikir gimana bawanya sih. Sesudahnya kita dibawa ke desa Sade, desa suku Sasak asli. Sayangnya Izan lagi bobo di pangkuan Billy waktu nyampe sana, jadi lah gue sama si mbak yang turun liat-liat. Di dalam desa Sade, udah ada guide yang siap kasih informasi tentang kebiasaan adat, jumlah KK, tradisi dan sebagainya tentang suku mereka. Rumah-rumah di desa rata-rata berdinding anyaman rotan, rata-rata perempuannya jualan atau buat kain songket untuk turis. Si guide sempet ngantar gue ke rumah asli suku Sasak yang terbuat dari kotoran kerbau (selain bawa gue ke jualan istrinya juga).



lumbung pagi suku sasak

rumah adat yang terbuat dari kotoran kerbau, cukup dipel 2 kali seminggu. lumayan inspiratif buat yang males ngepel :p
ibu-ibu pintal benang

Setelah dari Desa Sade, ternyata udah sekitar jam tiga sore. Sebenernya ada satu tempat lagi yang pengen kita datangin, Pantai Kuta. Pantai Kuta ini terletak di selatan Lombok, cukup terkenal karena setiap orang di Lombok pasti datang berkunjung ke pantai Kuta paling nggak sekali dalam setahun untuk acara adat yang namanya "nyale", yaitu acara nyari cacing yang cuma akan keluar selama beberapa hari dalam satu tahun. Acara nyale ini cukup unik, kalau nggak bisa dibilang aneh, karena cacing-cacing yang ada di pantai itu kalau bukan pada tanggal-tanggal yang ditetapkan oleh sesepuh di sana nggak akan bisa ditemukan satu pun. Dan konon menurut supir taksi yang pertama kali ngantar kita dari bandara ke senggigi, kalaupun ada yang berhasil dapat cacing sebelum tanggal yang ditetapkan, begitu sampai rumah cacing akan berubah jadi air hehehe... Gue jadi penasaran cacingnya kaya gimana. Menurut mereka cacingnya warna-warni dan ditangkap untuk digoreng dan dimakan.

Sayangnya Pantai Kuta itu masih satu jam dari Desa Sade yang udah dekat ke bandara, pak supir khawatir kita ngak sempat kalau mampir kesana. Jadi akhirnya kita semua sepakat untuk langsung ke bandara. Karena Izan masih enak tidur, jadi kita minta pak supir buat nepi dulu di daerah teduh sampai Izan kebangun. Sekitar jam empat kurang akhirnya kita turun dan masuk ke airport. Pak supir pun sempet becanda bilang "goodbye Lombok" ke kita.

Dengan gegap gempita kita naro barang yang mulai beranak setelah beli beberapa oleh-oleh ke antrian check in. Tapi setelah nunggu beberapa menit sang petugas check in periksa tiket kita, akhirnya dia nanya apa kita ngubah tanggal penerbangan. Jelas aja Billy bilang nggak, kita semua pede bahwa jadwal pesawat kita tanggal 20 menuju Surabaya dan tanggal 21 menuju Balikpapan. Ternyata salah sodara-sodara!!!! Ternyata pesawat kita tanggal 21 menuju Surabaya dan tanggal 22 menuju Balikpapan. Ngek ngooooook.....

Karena taksi Blue Bird dilarang ambil penumpang di bandara, akhirnya kita beli karcis untuk taksi bandara. Where to? Pilihannya kembali ke Senggigi nginap di hotel yang sama atau coba nginap di Kuta dan go-show untuk cari hotel. Tentunya Kuta jadi pilihannya. Lagi-lagi karena nggak bawa buku Lonely Planet, kita mengandalkan internet untuk cari referensi hotel. Nggak banyak pilihan hotel di Kuta menurut agoda.com and tripadvisor.com, sama juga menurut pak supir taksi bandara. Ada satu hotel yang direkomendasi sama sang supir tapi setelah kita liat ternyata jauh sekali dari pantai. Ngapain??!




happy face
happy feet :)
pantai kuta

Ternyata taksi dilarang untuk menjemput penumpang di kawasan Kuta, mungkin karena alasan itu mangkanya sang supir lebih merekomendasi kita untuk nginap di hotel yang jauh dari pantai, karena kita minta dia untuk jemput kita lagi besok setelah keluar dari hotel. Tapi kita nggak mau dooong, mo ngapain kalo jauh dari pantai, wisatanya kan pantai. Akhirnya tanpa peduli dengan rekomendasi supir, kita cari penginapan yang lebih dekat dengan pantai. Cuma dua penginapan yang sempet di
datangin, yang pertama terlihat kece dari luar, tapi sayang nggak ada kamar murah buat si mbak. Yang kedua lebih semacam kamar backpacker, tapi ada AC dan air panas, dan ada juga kamar murah buat si mbak jadi lah itu yang kita ambil.

Sekilas liat Kuta, ini semacam pantai buat para surfer. Ada beberapa kios-kios di seberang penginapan yang membelakangi pantai yang ntah menjual atau menyewakan papan surfing. Dan di sini gue banyak ketemu motor yang dipasang besi untuk bawa papan surfing macam di Kuta Bali. Rata-rata turis pun turis asing, dan bukan orang Asia. Di tempat kita nginap gue nggak ketemu satu pun dengan tamu orang Indonesia, walau pun Billy bilang dia sempet ketemu dengan tamu Indonesia perempuan dan teman laki-lakinya. Penasaran sama pantai Kuta yang katanya pasirnya putih dan pantainya keren, setelah istirahat sebentar di kamar alakadarnya, kita keluar jalan-jalan ke pantai.


ga ada bosennya main pasir :)

Dulu waktu gue ngekos dan piara kura-kura, gue taro pasir yang ukurannya hampir segede pala buat kura-kura gue, ada temen kos yang bilang kalau pasir di lombok seperti itu. Tapi nyatanya pas ke Trawangan mau pun ke Senggigi, pasirnya nggak ada tuh yang kaya pasir buat kura-kura gue dulu. Tapi begitu masuk ke pantai Kuta, ternyata temen kos gue dulu nggak bohong. Pasir di pantai kuta bulat-bulat dan besar-besar, very tempting untuk diinjak pake kaki telanjang dan dimaini pake tangan. Dan pemandangan pantainya bener-bener amazing, masyaAllah! Tapi anehnya gue juga nggak liat ombak kecuali samar-samar sekitar 500 atau 800 meter dari bibir pantai. Nggak nyesel rasanya mutusin pergi ke Kuta. Bisa gue bilang, pantai Kuta Lombok salah satu tempat terindah yang pernah gue datangin. Seandainya nggak banyak anak-anak abg yang berisik dan foto-foto ntah dimana-mana pasti lebih asik hehehe... Karena kebeneran pas sore itu ada rombongan bus ntah dari mana yang lagi mampir ke situ. Tapi nggak ada yang berenang di laut, dan gue pun udah terlalu males buat basahin baju lagi untuk main air.

pasir segede pala






Setelah nyaris magrib, kita kembali ke hote luntuk mandi. Nama hotel tempat kita nginap adalah Hotek Segara Anak, pemiliknya kayanya orang Bali. Kamar yang katanya sedia air panas ternyata air panas cuma tersedia selama dua menit doang, jadilah kita mandi pake air dingin hehehe... Karena nggak terlalu betah di kamarm setelah mandi kita keluar lagi buat makan malam di resto hotel. Di depan hotel udah dihidang buffet untuk seafood yang siap dimasak untuk tamu yang mau pesan. Tapi, lagi-lagi terbiasa sama seafood yang terjamin segar, gue bisa bilang seafood yang ada di situ sama sekali nggak segar. Nggak banyak tamu yang makan malam di resto hotel, sepertinya mereka keluar untuk cari makan di tempat lain. Menu makanan yang Billy pesan adalah alam taliwangyang rasanya ternyata lebih enak dari pada waktu di Hotel Sunset House, Izan dipesenin spageti carbonara yang rasanya lumayan, gue pesen pizza yang yaaaah biasa aja hehehe.... sementara si mbak udah bosen sama makanan hotel atau makanan berat dan pengen makanan jajanan. Jadi dia minta ditunjukin tempat beli bakso terdekat sama petugas resto yang ternyata perlu diantar pake motor hehehehe...

Besok paginya kita lagi-lagi ngabisin waktu di pantai untuk main pasir, kali ini nggak basah-basahan. Dan kali ini pantainya bener-bener kosong, cumakita doang yang ada di sana dan beberapa ekor anjing kampung yang lagi males-malesan di pasir. Izan senang banget main pasir di situ (dia sih emang seneng main pasir dimana-mana), tapi nggak cuma Izan yang seneng gue, Billy dan si mbak juga seneng mainin pasir yang segede pala gitu. Setelah matahari mulai keterlaluan panasnya, padahal baru jam sembilanan pagi, kita kembali lagi ke hotel buat mandi, beres-beres dan sarapan. Menu sarapan yang disediain cuma toast atau croissant, atau pancake dan teh atau kopi. Jam 11 kita check out dan telpon taksi blue bird untuk jemput.




no one else at the beach but us
Lagi-lagi ada kongkalingkong antara para penyewa mobil setempat dengan orang-orang setempat. Taksi di larang masuk ke Kuta untuk menjemput penumpang, tapi harga sewa mobil yang ditawar di hotel adalah Rp 500.00 padahal kemarin kita jalan-jalan lama naik taksi dari Senggigi- keliling Mataram- bandara cuma Rp. 270.000. Jelas aja tawarannya ditolak, apa lagi kita cuma perlu mobil cuma untuk sekitar 4 jam doang. Setelah tawar menawar panjang sama laki-laki yang nawarin sewa mobil di hotel, akhirnya kita minta untuk diantar ke tempat dimana taksi boleh nunggu yang jaraknya sekita 2 kilo dari hotel dengan harga Rp. 30.000. Lucunya setelah masuk ke mobil sewaan, Billy nanya sama sang supir yang ternyata pemilik mobil dan dia mau menyewakan mobilnya seharga Rp. 200.000 untuk 4 jam, sementara si laki-laki tadi yang rupanya calo nggak mau kurang dari Rp. 300.000. Gara-gara si calo akhirnya si supir jadi kehilangan pelanggan deh. Konyol!

Karena kita udah puas jalan-jalan sekitaran Mataram kemarin, jadi kita semakin nggak punya tujuan untuk ngabisin waktu sampe jam setengah 4 nanti. Tapi mampir lagi ke toko oleh-oleh untuk nambah oleh-oleh buat saudara atau teman yang lupa kehitung nggak apa juga. Dan kembali mampir makan siang di Mall Mataram. Yang kasian Billy, karena hari itu sebenarnya hari ulang tahun dia. Gue sama sekali nggak mempersiapkan ngerayain ulang tahunnya di perjalanan, karena rencana awal yang kita pikir mestinya tanggal itu kita udah sampai rumah, dan di rumah semua rencana udah disiapin. Apa boleh buat... keliru pisan liat tanggal pesawat. :p

Akhirnya jam setengah empat sore kita masuk kembali ke komplek bandara, dan kali ini beneran "goodbye Lombok" deh. Setelah check ini dan nunggu tanpa delay, akhirnya pesawat terbang sekitar jam 5 WITA dan sampai Surabaya jam 5.30 WIB. Di bandara Juanda kita dijemput sama petugas hotel tempat kita nginap.

Namanya Hotel Walan Syariah, hotel dengan konsep apartemen yang baru dibuka dan bersistim syariah, yang artinya tamu yang bukan muhrim dilarang untuk menginap satu kamar, dan tamu dilarang pula nerima tamu yang bukan muhrim untuk masuk ke dalam kamar. Hotel itu posisinya lumayan dekat dengan bandara, sekitar 4 atau 5 kilo, itu kenapa hotel itu yang dipilih. Dan memang kayanya tamu yang ditarik adalah tamu yang perlu tempat menginap untuk transit. Walau pun harga sewa kamarnya permalam sama dengan harga sewa kamar di hotel tempat kita nginap di Kuta, tapi fasilitasnya jauuuuh beda. Hehehehe... Rasanya nikmeh bisa mandi dengan air panas melimpah, bantal empuk, seprei putih bersih dan selimut bersih. Bukan berarti hotel di Kuta jorok, tapi yaaah nama pun hotel kelas backpacker. Menu makan malam waktu itu adalah soto Lamongan yang dijual di warung soto pas di depan hotel. Tadinya Billy nawarin delivery fast food ke kamar, tapi begitu liat warung soto, gw lebih kepingin makan soto ketimbang fast food. Lagi pula ngeliat si mbak makan bakso malam sebelumnya, kita semua termasuk Izan ternyata lumayan dibikin ngiler. hehehehe...

Besok paginya kita kembali lagi ke airport Juanda untuk pesawat jam 7.30. Pulang dengan belang-belang bekas kebakar sinar matahari di muka, tangan, dan kaki, dive log yang nambah penuh, dan semangat yang cukup ke re-charge. Alhamdulillaaaaaaah.....

Plan dive trip berikutnya buat gue dan Billy belum ada karena kita berencana bikin adek buat Izan dulu setelah ini. Sementara planning untuk jalan-jalan tanpa diving berikutnya masih 9 bulan lagi..... masih lamaaaaaaaaa.... hahahahaha... Gitu deeeeeeh ceritanya.

Thanks Ayah untuk jalan-jalannya..... love you!

5 comments:

arya said...

Wah Asik And Seru Banget Postingan Liburannya di Gili Trawangannya.Salam Kenalgan ya,. Mau Numpang Share Juga neh. Mau Promosiin Rental Mobil Murah Di Bali saya. Seandainya Agan Ke Bali dan Butuh Jasa Sewa Mobil Murah Termasuk Sopir Untuk Berwisata di Bali bisa Langsung Kontak Saya di AGP SEWA MOBIL MURAH DI KUTA LEGIAN SEMINYAK BALI Semoga Info Ini Membantu

Unknown said...

Mbak, waktu nginep disenggigi nama hotel'y apa mbak..??

Diana Saib said...

Sunset beach kalau tidak salah nama hotelnya.

Unknown said...

qzz0515
kate spade outlet
cheap jordans
canada goose outlet
montblanc pens
polo ralph lauren
swarovski outlet
burberry outlet
air max uk
pandora charms
fitflops sale clearance

Anonymous said...

dig this view it Read More Here you could check here why not try these out www.dolabuy.su