Sunday, April 13, 2008

suara dari satu sel kecil

Saya hanyalah satu sel yang tidak mampu bersuara dan tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hal-hal kecil yang tidak bermakna. Apa lah yang bisa saya lakukan ketika pemerintah dari negara yang kaya akan hasil alam tapi dengan penghasilan rata-rata sangat rendah dan mungkin malah salah satu dari yang terendah, dengan hutang yang tidak akan habis sampai generasi cucu-cicit yang terpaksa dipikul oleh rakyat yang mayoritas miskin, pemerintah yang seharusnya memikirkan dan menolong rakyat terutama rakyat kecil, tetapi malah mencekik leher rakyat dan menginjak perut-perut rakyat dengan harga pangan yang melambung.
Saya bertanya-tanya, apa sebenarnya yang mereka lakukan di tempat kerja mereka yang mewah yang dibeli dari uang rakyat ketika harga kebutuhan pokok terus melonjak? Apa mereka tidak sadar kalau mereka sedang membunuh rakyat dan bangsa ini perlahan-lahan? Apa mereka lupa, siapa yang telah berjasa mendudukkan mereka di kursi panas yang mengalirkan uang dengan deras ke rekening mereka? Apa mereka benar-benar tidak tahu bahwa untuk mengalirkan uang dan memenuhi kemewahan hidup mereka, rakyat mengorbankan isi perutnya? Apa mereka tidak tahu, jangankan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak yang merupakan kaki-kaki bangsa, untuk kebutuhan makan saja rakyat kesulitan!
Bagaimana bangsa ini bisa berubah lebih baik kalau pemerintahnya telah memakan habis isi perut dan otak rakyatnya sendiri? Kenapa tidak langsung mereka bunuh saja sekalian rakyat-rakyat ini, toh mereka juga tidak peduli! Apa tempat kerja mewah, rumah mewah, kendaraan mewah, dan pelayanan-pelayanan mewah yang dianggarkan dari lambung rakyat masih kurang memadai untuk mencemerlangkan otak mereka supaya mampu memikirkan nasib rakyat?
Naudzubillahi mindzalik, summa naudzubillah! Sangat tidak pantas orang pemerintahan itu bermewah-mewah sementara mayoritas rakyatnya miskin dan sangat kesusahan. Rakyat yang menggaji dan memenuhi kebutuhan mereka! Saya tidak sudi mendoakan mereka, justru saya mengutuk orang-orang yang mengambil dan mengorbankan hak orang yang susah demi kepentingan pribadi. Mudah-mudahan Allah membalas mereka dengan setimpal. Ingat, semua kebaikan maupun kejahatan yang sebesar biji zarah pun akan diminta pertanggungjawabannya dan dibalas dengan seadil-adilnya!

Bumi Indonesia ini bukanlah negeri yang tandus. Tanah negeri kita ini subur, hasil alam kita melimpah, bahkan bangsa ini adalah penghasil minyak bumi terbesar se- Asia Tenggara. Tapi ironisnya pemerintah kita justru menjual minyak kita ke negara asing dan menaikkan harga minyak untuk rakyatnya sendiri.
Keadaan niris ini mengingatkan saya pada perlawanan Menkes, Siti Fadillah Supari, untuk mempertahankan sampel virus flu burung dari kemonopolian negara dajjal Amerika Serikat. Hanya bedanya pada kasus tersebut, virus itu dicuri dari negara kita untuk dibuat vaksinnya oleh AS dan dijual kembali ke negara kita dengan sangat mahal. Sedangkan untuk minyak bumi, pemerintah kita lah yang secara nyata-nyata selama puluhan tahun menjual minyak bumi kita ke negara asing. Meski demikian, dengan keadaan seperti ini pun seharusnya negara kita masih diuntungkan apa lagi sekarang, saat harga minyak dunia naik. Tapi kenapa keadaan justru sebaliknya? Dan malah pemerintah mau mencabut subsidi minyak tanah untuk rakyat kecil.
Demikian juga dengan minyak goreng. Bukankah negara ini adalah penghasil kelapa sawit terbesar juga? Berhektar-hektar hutan di Sumatra ditebang untuk perkebunan kelapa sawit, demikian juga di Jawa, yang pada akhirnya mengorbankan keseimbangan alam kita sendiri. Tapi kenapa harga minyak goreng kita juga naik?
Demikian juga dengan beras, demikian juga dengan kedelai. Pada saat harga pangan dunia naik seharusnya bangsa kita untung besar, dan bertambah kaya, tapi kenapa rakyat harus mengantri panjang berjam-jam untuk minyak tanah, membayar mahal untuk minyak goreng dan beras, dan tidak lagi mampu bahkan hanya untuk menghidangkan tahu tempe bagi keluarga?
Bagaimana negara ini bisa maju, oh... saya bahkan merasa tidak pantas untuk menyebut kata maju, karena nyaris terdengar seperti punguk merindukan bulan. Bagaimana negara ini bisa menjadi lebih baik, kalau untuk memenuhi kebutuhan makan saja rakyat kesulitan?
Apa sih sebenarnya yang dilakukan pemerintah itu kalau kebutuhan makan rakyat mereka sendiri pun tidak bisa dipenuhi? Apa gunanya mereka sebenarnya, sementara rakyat terus berkorban demi anggaran kebutuhan hidup mereka yang besar. Bahkan itu masih belum cukup, mereka masih juga mengeringkan isi perut rakyat dengan korupsi. Siapa yang dirugikan kalau pemerintah korup, saling suap, saling menerima hibbah? Tentu saja rakyat!!! Dan siapa yang paling merasakan akibatnya? Jelas rakyat kecil yang terlebih dahulu merasakan akibatnya, yang keadaannya semakin memburuk dan jumlahnya pun semakin bertambah.

Tapi apa yang bisa saya lakukan selain mengucap naudzubillah?

Dan kalau kita duduk bekerja dengan orang-orang pemerintahan itu, bukan lah rahasia umum lagi bahwa pegawai yang sangat jujur dan bersih adalah pegawai yang sangat-sangat aneh dan menggelikan yang harus segera disiram dengan uang kotor atau dieliminir dari jabatan. Sehingga kalau kita mau mencari pejabat yang bersih, hampir-hampir sama sulitnya seperti mencari jarum dalam jerami.
Akan jadi seperti apa bangsa kita ini kalau justru orang-orang yang memegang jabatan menganggap najis kejujuran dan kehalalan? Apa benar-benar tidak ada yang peduli diantara orang-orang yang duduk di pemerintahan itu? Apa mereka benar-benar mau membiarkan bangsa ini hancur dan musnah?
Ironis! Sementara kakek-nenek kita mengorbankan nyawa berjuang selama lebih tiga setengah abad untuk memerdekakan bangsa ini dari penjajahan Belanda dan Jepang, tapi sekarang bangsa kita justru dijajah oleh hukum yang lemah dan pemerintahannya sendiri. Penjajah yang lebih sadis karena tidak tersentuh oleh rakyat. Tidak ada bambu runcing atau senjata yang mampu mengalahkan mereka, satu-satunya yang mampu mengalahkan adalah hukum yang tegas, tetapi itu pun telah nyata dikuasai oleh uang-uang kotor mereka.

Tahun depan bangsa kita akan kembali memilih partai serta wakil-wakil untuk duduk di pemerintahan. Tidak akan lama lagi kita akan mulai mendengarkan lagu-lagu manis yang sangat-sangat gombal dari mulut-mulut kandidat maupun anggota partai. Tapi siapa yang bisa kita percaya? Seluruh partai yang telah terpilih dan duduk di pemerintahan saat ini semuanya tidak mampu memperbaiki keadaan rakyat. Begitu duduk dan menerima jabatan, yang mereka susun pertama bukanlah anggaran untuk mengurangi harga kebutuhan pokok rakyat, bukanlah anggaran untuk memperbaiki pendidikan rakyat, kesejahteraan rakyat, tapi anggaran untuk gaji mereka, honor dan insentif, biaya kendaraan, rumah, pelayanan, kesehatan dan lainnya untuk mereka sendiri. Dan semuanya sama, baik dari pemerintahan kabupaten, propinsi, maupun negara. Pejabat taik!
Kalau keadaan bangsa kita terus-menerus seperti ini, negara kita tercinta ini tidak perlu rudal-rudal Israel laknat, atau tentara-tentara busuk AS, cukup dengan pemerintahannya sendiri serta hukum yang sudah selemah kerupuk ini saja untuk kehancurannya.
Apa lah yang bisa saya lakukan untuk mendapatkan masa depan yang menjanjikan bagi anak-anak saya nanti, saya ini hanyalah satu sel kecil dari 12 juta. Paling-paling yang bisa saya kerjakan adalah menulis ini dan mempostingkan atau mengirim ke segelintir orang.
Semoga kita terhindar dari memakan apa-apa yang tidak halal, dari menganiaya dan merugikan orang banyak, dan mampu mempertanggungjawabkan apa-apa yang telah kita dapatkan. Walau pun hanya kita yang sadar, setidaknya masih ada orang-orang yang sadar dari bangsa ini, karena kalau seluruh bangsa ini sudah terpuruk pada dosa, Allah tidak akan segan untuk membinasakan bangsa kita tercinta ini. Semoga Allah memiliki rencana yang baik untuk masa depan kita serta generasi penerus kita. Amin!

No comments: