Wednesday, September 19, 2012

Tenggarong

Weekend kemaren gue jalan-jalan sama keluarga mini gue ke Tenggarong. Udah lama nggak jalan-jalan explore sekitaran Balikpapan. Ada beberapa kota yang masih child friendly untuk diexplore: Samarinda, Tenggarong, and Bontang antara lain. Karena ke Samarinda udah pernah, jadi deh kita putuskan ke Tenggarong kali ini.Gw sendiri belum pernah ke Tenggarong. Dulu waktu sekolah di Balikpapan, Tenggarong suka jadi tujuan study tour dari sekolah, tapi giliran angkatan gue untuk pergi study tour, eh guenya pindah. Jadi gue pun penasaran sama kota kaya ini. Kota kaya?? Yup, kaya banget!

Tenggarong adalah ibukota kabupaten Kutai Kartanegara atau disingkat sama pemerintah sana jadi Kukar. Kukar ini  adalah kabupaten terkaya nomor satu di Indonesia. Penghasilan terbesarnya dari sumber daya alam migas, batu bara, dan emas juga ada bahkan. Semenjak otonomi daerah kabupaten ini macam jadi ketiban pulung. Pada tahun 2009 dia mendapat dana bagi hasil 2,9 miliar per tahun. Sudah semestinya sih...

Fakta bahwa Kukar adalah kabupaten terkaya di Indonesia bikin gue tambah penasaran, gimana ya kira-kira ibukota kabupaten yang paling tajir nomor 1 ini? Suami gue yang udah pernah kesana mendeskripsikan kalau kota itu seperti kota kecil yang emang punya banyak uang, jalan-jalan kota yang besar tapi penduduknya sedikit, kotanya bersih, rapi, punya pulau yang dibangun untuk destinasi wisata macam Dufan. Dalam bayangan gue keluar gambaran kota yang sepi dengan jalan yang bagus, penduduknya semua berkecukupan, nggak ada kampung miskin, tatanan kota rapi, cantik, anak-anak sekolahnya pastilah terjamin sekolah semua, guru-gurunya pasti digaji tinggi, singkatnya pasti lah ini kota yang tanpa masalah.


jalan utama Tenggarong. Sebelah kiri itu sungai mahakam, yang diseberangnya adalah pulau Kumala. Kalau diperhatiin di pulau Kumala ada kubah, itu adalah sangkar burung besar, salah satu atraksinya pulau Kumala.

Kenyataan yang gue lihat nggak 100% sesuai dengan bayangan gue. Begitu masuk Tenggarong kita masuk ke jalan raya yang lebar yang diposisikan di pinggir sungai Mahakam. Menariknya kota ini, dia menjadikan sungai Mahakam sebagai point of interest kotanya. Berbeda dengan Samarinda yang juga dilewatin sungai Mahakam, tapi kayanya Samarinda nggak menghargai Mahakam sebaik Tenggarong... imho. Bangunan-bangunan di Tenggarong dibuat menghadap ke sungai. Mereka juga punya pulau di tengah sungai Mahakam yang dibuat jadi arena wisata seperti Dufan gitu, lengkap dengan kereta gantung yang bisa dinaikin dari seberang sungai mana pun.

Pulaunya namanya pulau Kumala, objek wisata produk pemerintah.  Di salah satu ujung pulau (yang gue asumsikan mungkin adalah bagian depannya) ada patung Lembu Swana yang besar banget. Dari seberang sungai juga kelihatan sangkar burung yang gede banget. Pastilah pulau ini kece berat, pikir gue. Gue pun minta suami ngajak kita ke sana naik kereta gantungnya. Tapi kata suami gue "boleh aja, tapi berdoa ya kalo mo naik kereta gantungnya". Nah loh?? Ternyata menurut suami gue kereta gantungnya sering mati, karena mati lampu. Nggak jarang orang terpaksa bergantung lama di atas karena listriknya mati. Gue langsung mundur, karena emang pemandangan yang gue lihat kereta gantungnya emang nggak jalan. Kalo mendadak stuck di atas bawa anak nggak lucu sama sekali!

jembatan mahakam waktu masih gagah, pic taken from here


yang tersisa sekarang
Bayangan gue bahwa kota ini adalah kota tanpa masalah kayanya nggak sepenuhnya bener. Gak usah jauh-jauh, kita tau lah ya berita jembatan Tenggarong yang runtuh akhir tahun lalu padahal umurnya baru 10 tahun.Cukup tragis. Gue juga sempet ngelewatin daerah yang terlihat miskin di pinggiran sungai Mahakam, nggak sekumuh seperti yang pernah gue liat di Samarinda sih, yang terlihat adalah rumah-rumah dari seng di pinggiran sungai, tapi nggak juga terlalu rapat seperti slumdog. Tapi untuk kota kecil dengan penghasilan yang sangat besar, gue pikir mestinya nggak ada yang namanya daerah miskin, ya nggak sih? Sayang gue nggak sempet foto daerah yang gw maksud. Berniat untuk balik lagi besokannya untuk motoin eh lupaa!

Satu lagi yang paling ironis adalah listrik, tipikal masalah untuk daerah di luar pulau Jawa! Barusan tadi kan gue bilang jembatan gantung menuju pulau Kumala sering mati, ya akibat listriknya mati. Tapi setelah gue cari info, ternyata penerangan di pulau Kumala ini pakai genset. Kenapa nggak dari PLN ya? Segitu susahnya ya berurusan dengan PLN kalau di luar pulau Jawa? Ironis banget sementara kabupaten ini bisa kaya karena penghasilannya dari migas, kok ya masiiiih susah urusan listrik?!(sama dong sama Balikpapan... :p)

Tenggarong adalah kota yang ketiga di Indonesia yang punya planetarium. Kalo yang ini cukup membanggakan, berhubung dia kaya dan banyak duit, maka mereka buat planetarium di kotanya. Kerena mereka, sepengamatan gue, nggak punya mall di kotanya. Jadi waktu kita berkunjung ke planetariumnya hari Minggu pagi banyak anak-anak hampir abg yang lagi nunggu mau nonton pertunjukan tentang bintang-bintang yang biasa ditonton di planetarium gitu deh. Sama juga pas kita mampir ke museum Mulawarman, banyak anak-anak abg yang main ke sana. Karena nggak ada mall, tempat main anak-anak adalah museum dan planetarium, ini keren!

Planetarium ini pernah didatangain suami gue sebelumnya. Tapi sayangnya waktu dia datang dulu, dia nggak berhasil nonton pertunjukannya karena mereka baru akan buka pertunjukan kalau penontonnya (yang beli karcis) minimal 30 orang. Waktu suami gue pertama ke sana suasananya sepi, jadi rasanya macam mustahil untuk bisa nonton pertunjukannya. Tapi rezeki gue and anak gue kali ya, pas kemaren gue kesana banyak anak-anak yang udah ngantri juga pas dihitung-hitung jumlahnya total jendral mungkin sekitar belasan orang. Akhirnya kita memutuskan untuk melipir duluke museum Mulawarman, nyaris di sebelahnya. Balik lagi ke soal listrik, planetarium itu cuma mau mutar pertunjukannya kalau minimal penonton udah 30 orang karena, menurut petugasnya mereka rugi kalau penontonnya kurang dari itu. Karena untuk menghidupkan pertunjukannya, mereka pake genset bukan PLN. Lucu sekali! *sarcastic*

Sekarang soal objek wisata. Ada tiga tempat yang kita datangin kemaren. Pertama Museum Kayu Tuah Himba. Di dalamnya ada mumi buaya gede banget dua ekor yang menurut beritanya pernah makan orang, lengkap dengan pajangan artikel tentang berita horor itu...(hiiiiii!), terus macam-macam kayu khas Kalimantan, daun-daunannya, beberapa ukiran kayu rumah adat Dayak, patung Lembu Swana gede banget yang keliatannya sih dari kayu dan dicat warna emas.

atas: buaya horror, bawah kiri: kepiting kenari, bawah tengah: arsip daun-daunan; bawah kanan: lembu swana.


atas: patung2 dayak, bawah kiri & tengah : macam2 rumah adat dayak, bawah kanan: peti mati dayak
Kedua, planetarium. Harga tiket masuknya Rp. 7500 untuk dewasa, Rp. 5000 untuk anak-anak. Di dalamnya ada ruangan melingkar (di bawah studio untuk nonton pertunjukan) tempat pajangan foto-foto benda-benda antariksa. Sementara di atasnya ada studio kecil untuk nonton pertunjukan, hanya dibuka kalau kuota penonton mencukupi. :)

Planetarium Tenggarong.

Ketiga, Museum Mulawarman. Yang terakhir ini udah ada dari jaman gue SD dulu. Penasaran banget sama museum ini karena semua lulusan SD gue dulu kayanya pasti pernah ke sini, dasar gue apes karena kudu pindah jadi nggak kebagian mampir ke sini deh dulu. Museum ini lumayan gede, mungkin hampir sama dengan museum Gajah di Jakarta kali ya. Dulunya gedung museum ini adalah istana kerajaan Kutai. Tapi dulu tahun 60an sempat ada undang-undang yang melarang adanya kerajaan sehingga kerajaan Kutai dibubarkan (kenapa kerajaan DIY nggak pernah dibubarin ya? karena istimewa ya? kenapa dong?? eaaaah...), kemudian peninggalan-peninggalan kerajaannya diambil alih oleh negara, dan istananya digunakan sebagai museum. Tapi setelah tahun 2001, pemerintah berubah pikiran dan kembali membangun kerajaan-kerajaan yang ada dulu. Kemudian dicari lah keturunan kerajaan Kutai untuk diangkat menjadi raja, tapi istana yang dulu tetep jadi museum. Isi museum ini peninggalan kerajaan Kutai macam senjata, keramik-keramik, kuningan tepat sirih, kain-kain khas Kalimantan, dan macem-macem lainnya.

 

 isi museum Mulawarman.

Sementara pulau Kumala nggak masuk jadi tujuan wisata untuk sementara. Tapi melihat lampu-lampu di pulau itu pas malam kayanya emang rada mengenaskan. Jadi ya nggak nyesel atau penasaran juga nggak mampir ke situ. Gue sempet googling juga soal pulau ini, karena banyaknya info tentang kekeceannya rata dari tahun 2010. Gimana sih sebenernya keadaan pulau ini sekarang? Akhirnya nemu artikel yang cukup menggambarkan keadannya sekarang di sini.

Sebenernya ada satu objek wisata lagi, waduk Panjdi Sukarame. Tapi yaaah... waduk doang, dan keliatan pun dari mobil pas menuju museum Tuah Himba, jadi yaaah nggak perlu dkunjungi deh. Tapi yang unik karena di deket waduk itu ada pemandangan sawah. Jarang banget ngeliat pemandangan sawah di Kalimantan Timur, menurut gue.


eh ...ada sawah!

Selama disana (yang padahal cuma satu malam) kita nginap di hotel Grand Elty, salah satu hotelnya Bakrie Group. Yaaaah lumayan lah masuk kategori bintang tiga mungkin ya. Menurut suami gue, itu satu-satunya hotel di Tenggarong yang punya website.

jembatannya lagi dibongkar
Sementara soal Jembatan Mahakam yang tragis itu, waktu kita kesana kemaren kita ngeliat pekerja yang mulai ngebongkar sisa-sia jembatan yang ada. Kabarnya jembatan itu mau dibongkar semuanya dan dibangun kembali dari awal. Yang ketiban pulung dari hilangnya jembatan adalah pengusaha fery. Banyak kapal-kapal fery kecil yang muat tiga sampe empat mobil yang bisa bawa mobil ke Tenggarong seberang, cuma Rp 25000 per mobil. Pemerintah Kuker sendiri juga nyediain ferry besar gratis untuk masyarakatnya, cuma sayangnya baru akan berangkat kalau ferrynya udah penuh, jadi ya lamaaaaaa.

motoin ferry dari jauh pake kamera tablet


Pemandangan yang unik lagi waktu ke sana adalah stadion olahraganya yang super megah di Tenggarong seberang. Gue sama suami bilangnya itu produk karbit pemerintah untuk PON empat tahun lalu. Rada sebel ngeliatnya karena itu stadion olah raga gede sekaliiiii tapi ya kosong gitu aja, karena memang kayanya keperluannya cuma untuk PON Kaltim 2008 aja.


komplek olahraga tenggarong

Gitu deh kurang lebihnya hasil pengamatan gue soal Tenggarong. Berita baiknya lagi, barusan gue googling dari sini ternyata pemerintah Kuker mewajibkan program belajar 12 tahun dan menggratiskan sekolah dari SD sampe tingkat menengah atas baik negeri maupun swasta. Lumayan kece!Above those all, penggambaran gue soal Tenggarong adalah seperti anak kecil dengan baju kebesaran; uangnya banyak, kekayaannya banyak, tapi dengan pengadaan yang mungkin nggak semuanya sesuai kebutuhan. In my sotoy opinion......

Anyway, maap kalo kualitas gambarnya nggak kece, gue upload gambarnya pake aplikasi blogger di android yang kayanya masukin gambarnya dengan resolusi kecil bener... yaaah maap dah!

Sekian.