Memangnya kenapa kalau Obama menang? Dia memang menyebutkan janji lebih baik daripada McCain untuk perang Irak, (yang seharusnya lebih direspon antusias oleh bangsa Irak) tapi tetap saja itu bukan berarti langit kembali cerah bagi umat muslim. Yang lucunya lagi, antusiasme di Irak sangat-sangat datar, beda dengan antusiasme bangsa kita sendiri. Lucu sekali!
Yang kita harusnya sadar, betapa pencucian otak kapitalisme terhadap isi kepala-kepala masyarakat bangsa kita demikian hebat sampai-sampai kemenangan seoarang calon pemimpin bangsa kapitalis (yang selalu membuat pemimpin bangsa kita seperti kerbau dicucuk hidung untuk menuruti apa pun kehendak mereka), terdengar lebih meriah daripada saat-saat pengumuman hasil pemilu 2004 lalu. Saya membuka facebook saya dan kagum akan komentar-komentar meriah teman-teman atas kemenangan Obama sebagai presiden Amerika seakan Obama itu adalah bapaknya. Apa harus begitu?
Baik Obama atau siapa pun pemimpinnya, Amerika tetaplah negara kapitalis. Siapa pun pemimpinnya pasti akan berusaha untuk mempertahankan kedudukan cakar negara gila kuasa tersebut atas seluruh dunia. Terus terang, saya memang lebih pro Obama daripada John McCain, hanya karena dia berani menjanjikan untuk mengakhiri perang Irak. Itu saja. Tapi apa pun janjinya untuk melakukan perubahan, hanyalah perubahan untuk memperkuat ke-adidaya-annya, mungkin memang lebih baik daripada sistim yang dibuat partai republik. Tapi terus apa itu berarti bangsa kita bisa lepas dari cengkraman kapitalisme??
Jadi apa perlu ikut-ikut bersuka cita untuk kemenangan salah satu kandidat pemimpin bangsa yang telah, masih, dan akan terus (paling tidak sampai mereka sudah benar-benar koleps)merusak dan meporak-porandakan negara kita secara fisik, mental, dan moral? Daripada berharap bodoh bahwa dengan terpilihnya Obama (yang memang kenyataannya pernah dibesarkan di Indonesia namun hanya empat tahun dan itu pun ketika dia masih kecil) sehingga negara kita bisa terangkat lebih baik, lebih baik sadar bahwa kita sudah benar-benar dalam pengaruh bius kapitalisme. Kenyataannya bangsa kita tidak akan pernah bisa menjadi lebih baik kalau pemimpin-pemimpinnya masih tunduk patuh bak monyet topeng monyet terhadap pawangnya pada kapitalis. Dan yang lebih sedihnya lagi kalau melihat teman-teman yang lebih antusias terhadap pemilihan presiden AS daripada peduli terhadap pilpres kita sendiri tahun depan. Bukan kah kita seharusnya lebih khawatir untuk calon-calon pemimpin kita nantinya? Bisa kah kita mendapatkan pemimpin yang mampu membebaskan bangsa kita dari cengkraman kapitalis?
No comments:
Post a Comment